PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
· Perkataan Tuhan merupakan terjemahan dari kalimat Rab ( ) dalam bahasa arab yang merujuk pada interpretasi ulama terhadap Q.s al-Jatsiyat:23 dan al-Qasha: 38 yang didalamnya termaktum kalimat Ilah ( ) (Tuhan)
· Menurut Ibn taimiyah defenisi dari kalimat Ilah ( ) dalam al-Qur’an tersebut adalah:
Yang dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya. Merendahkan diri di hadapan-Nya, dan mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat berserah ketika dalam kesusahan, berdo’alah dan bertawakkal kepada-Nya untuk kemashalatan diri, meminta perlindungan dari-Nya dan menimbulkan ketenangan disaat mengingat dan terpaut kepadanya.
B. RUMUSAN MASALAH
· SIAPAKAH TUHAN ITU ?
· SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN
· TUHAN MENURUT AGAMA-AGAMA WAHYU
· PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN
· KEIMANAN DAN KETAQWAAN
· IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN
C. TUJUAN
1. Membuktikan adanya Tuhan melalui kajian ilmiah, sehingga dapat memantapkan iman.
2. Bersikap dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan iman.
3. Mengimplementasikan iman dengan ibadah dan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menerangkan peranan iman dan takwa dalam menghadapi tantangan kehidupan modern, sehingga meyakini benar perlunya beriman dan bertaqwa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN
Defenisi : Pemikiran Manusia disini adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran manusia baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniyah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman bathin.
A. Pemikiran Barat
Teori ketuhanan dalam pemikiran Barat berangkat dari teori Evolusionisme yang pada awal mulanya ditemukan oleh Max Muller, EB. Taylor, Robertson Smith, Lubbock Jevens. Menurut teori ini konsep ketuhanan berangkat dari kepercayaan :
1. Dinamisme yaitu pola kepercayaan manusia terhadap adanya kekuatan yang maha dahsyat yang berpengaruh dalam kehidupan. Kekuatan tersebut diyakini bersemayam dalam benda-benda.
2. Animisme merupakan pola kepercayaan masyarakat terhadap roh gaib yang diyakini memiliki peran besar dalam kehidupan manusia.
3. Politeisme Yaitu pola kepercayaan terhadap dewa-dewa.
4. Henoteisme Yakni bola kepercayaan yang diusung atas motif ketidak puasan atas keberadaan dewa-dewa yang jumlahnya banyak sehingga diperlukan pengkultusan terhadap beberap dewa saja.
5. Monoteisme yaitu konsep kepercayaan terhadap satu Tuhan.
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh max Muller dan EB. Taylor (1887), ditentang oleh andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-prang uang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang agung dan sifat-sifat yang khas pada Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepeda wujud yang lainnya.
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan Evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang Evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang tuhan tidak dating dengan secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitive adalah monoteisme adalah berasal dari ajaraan wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37) .
B. Pemikiran umat Islam
Dalam keyakinan umat Islam bahwa yang wajib disembah dan dipertuhankan adalah Allah Swt, tiada lain selain Dia.
Permasalah muncul diseputar cara manusia mengetahui adanya Tuhan dan keberadaan sifat-sifat Tuhan. Permasalahan ini dalam perkembangan selanjutnya melahirkan kajian keagamaan sendiri, seperti yang kita kenal adanya Ilmu Tauhid dan ilmu Kalama atau Ilmu Ushuluddin dikalangan Umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan adapula yang bersifat diantara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adala karena adanay perbedaan metodologi dalam memahami Al-Qur’an dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional . sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu :
A. Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal fikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang Islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada diantara posisi mukmin dan kafir (manzillah bainal manzilatain) .
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani. Satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari faham mu’tazilah yang bercorak rasional lain ialah muncul pada abad kemajuan Ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum islam otordoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah , sedangkan Qadariah adalah pecahan khawarji.
B. Qadariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertangguang jawab atas perbuatannya.
C. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahawa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
D. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada diantara Qadariah dan Jabariah.
Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar Islam. Menghadapi situasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan sekarang ini, uamt Islam perlu mengadakan koreksi Ilmu berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Diantara aliran tersebut nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.
2. Tuhan menurut Agama-agama Wahyu
Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan merupakan sesuatau ghaib, sehingga informasi tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpub dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan benar.
Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan an[tara lain tertera dalam :
1. Q.S Al-Anbiya: 21 ayat:92, ”sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah akan menghakimi mereka.”
Ayat tersebut diatas memberi petunjuk kepada manusia bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak zaman dahulu hingga sekarang. Melalui Rasul-rasul-Nya, Allah memperkenalkan dirinya melalui ajaran-Nya, yang dibawa para Rasul, Adam sebagai Rasul pertama dan Muhammad sebagai Terakhir.
Jika terjadi perbedaan konsep tentang ajaran tentang ketuhanan diantara agama-agama adalah kerena perbuatan manusia. Ajaran yang tidak sama dengan konsep ajaran aslinya, merupakan manipulasi dan kebohongan manusia yang teramat besar.
2. Q.S Al-Ma’idah : 5 ayat 72 “Al-Masih berkata : “Hai Bani Israil sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti menharamkan kepadanya Syurga, dan tempat mereka adalah neraka.
3. Q.S Al-Ikhlas :112 ayat 1-4 “Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang MAha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Dari ungkapan ayat-ayat tersebuat, jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata Allah adalah nama isim jumid atau personal name . merupakan suatu pendapat yang keliru, jika nama Allah diterjemahkan dengan kata “Tuhan”, karena dianggap sebagai isim musytaq.
Tuhan yang haq dalam konsep al-Qur’an adalah allah. Hal ini dinyatakan antara lain dalam surah Ali Imran ayat 62, Surat Shad ayat 35 dan 65, Surat Muhammad ayat 19. Dalam Al-qur’an diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang diberikan kepada Nabi sebelum Muhammad adalah tuhan , Allah juga. Perhatikan antara lain dsurat Hud ayat 84 dan Surat Al-Ma’idah ayat 72. Tuhan Allah adalah Esa sebagimana dinyatakan dalam surat Al-Ankabut ayat 46, Thaha ayat 98, dan Shad ayat 4.
Denagn mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut Informasi al-Qur’an, sebutan yang benar bagi Tuhan adalah sebutan “Allah”, dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi melainakan melalui wahyu yang datang dari Allah. Hal ini berarti konsep tauhid telah ada sejak datangnya Nabi Adam dimuka bumi. Esa menurut al-Qur’an adalah ESA yang sebenar-benarnya ESA, yang tidak berasal dari bagian-bagian dan tidak pula bias dibagi dengan bagian-bagian.
Keesaan Allah adalah mutlak, Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dnegan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat La ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.
Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari Al-qur’an member petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari tuhan yang lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik menjalani kehidupan.
3. Pembuktian Wujud Tuhan
1. Metode Pembuktian Ilmiah
Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah pembuktian. Metode ini mengnal hakikat melalui percobaan dan pengaamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam diluar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada analogi dan induksi ). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.
Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga tidak mempunyai landasan ilmiah. Metodr baru tidak mengingkari wujud sesuatu , walaupun belum di uji secara empiris. Hal ini disebut dengan “analogi Ilmiah” dan dianggap sama dengan percobaan empiris.
Suatu percobaan dipandang sebagai kenyataan ilmiah, tidak hanay karena percobaan itu dapat diamati secara langsung. Demikian pula suatau analogi tidak adapat dianggap salah, hanya karena dianggap analogi. Kemungkinan benar dan salah dari keduanya berada pada tingkat yang sama.
Percobaan dan pengamatan bukanlah metode sains yang pasti, karena ilmu penegtahuan tidak terbatas paad persoalan yang dapat diamati dengan hanya penelitian secara empiris saja. Teori yang disimpulkan dari penagamatan merupakan hal-hal yang tidak punya jalan untuk mengobservasi. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern berpendapat bahwa kebanyakan pendanagan pengetahuan modern, hanya merupakan interprestasi terhadap pengamatan dan pandangan tersebut belumdicoba secara emperis. Oleh karena itu banyak sarjana percaya pada hakikat yang tidak dapay diindera secara langsung. Sarjana manapun tidak mampu melangkah jauh tanpa berpegang pada kata-kata seperti : “Gaya” (force), “Energy”, “alam” (nature), dan “hokum alam”. Padahal tidak ada seorang sarjanapun yang mengenal apa itu “gaya, energy, alam dan hukum alam”. Sarjana tersebut tidak mampu memberikan penjelasan terhadap kata-kata tersebut secara sempurna, sama seperti ahli teologi yang tidak mampu memberikan penjelasan tentang sifat Tuhan. Keduanya percaya sesuai dengan bidangnya pada sebab-sebab yang tidak diketahui.
Denagn demikian tidak berarti bahwa agama adalah “Iman kepada yang Ghaib” dan Ilmu pengetahuan adalah percaya kepada “pengamatan ilmiah”. Sebab, baik agama maupun ilmu pengetahuan kedua-duanya berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib. Hanya saja ruang kingkup agama yang sebenarnya adalah ruang lingkup “penentuan hakikat” terakhir dan asli, sedang ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada pembahasan ciri-ciri luar saja. Kalau ilmu pengetahuan memasuki bidang penetuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang agama, berarti ilmu pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada yang ghaib. Oleh sebab itu harus ditempuh bidang lain.
Para sarjana masih menganggap bahwa hipotesis yang menafsirkan pengamatan tidak kurang nilainya dari hakikat yang diamati. Mereka tidak dapat mengatakan : Kenyataan yang diamati adalah satu-satunya “ilmu” dan semua hal yang berada diluar kenyataan bukan ilmu, sebab tidak diamati. Sebenarnya apa yang disebut denga iman kepada yang ghaib oleh orang mukmin, adalah iman pada hakikat yang tidak diamati. Hal ini tidak berarti satu kepercayaan buta, tetapi justry merupakan interprestasi yang terbaik terhadap kenyataan yang dapat diamati oleh para sarjana.
2. keberadaan Alam membuktikan adanya Tuhan
Adanya alam serta organisasi yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa ala mini “ada” . dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan : “percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq” adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaiman akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada apa dnegan sendirinya tanpa ada pencipta ?
3. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri ( alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hokum kedua termodinamika” (second law of Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.
Hokum tersebut yang dikenala denga hokum keterbatasan energy atau teori pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya laam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu perpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi panas. Perubahan energy panas dekendalikan oleh keseimbangan antara “energy yang ada” dengan “energi yang tidak ada”.
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hokum tersebut dan tidak aka nada lagi kehidupan dialam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
4. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengililingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh Sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil perjam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap tahun sekali. Disamping bumi terdapat gugus Sembilan planet tata surya, termasuk Bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia bredar bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil perjam . disamping itu amsih ada ribuan sistem selain “sistem tata surya” kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy diamana terletak sistem amatahri kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarnya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia dengan memperhatikan sistem luar biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa dibalik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan.
Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian alam tersebut oleh Ibn Rusyd deberi istilah “dalil ikhtira”. Disamping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “ dalil Inayah”. Dalil inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat, 1996: 78-80).
4. Pengertian Iman
Kbanyakan orang menyatakan bahwa kata Iman berasal dari kata kerja amina-yu’manu-amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap bathin yang terletak dalam hati. Akibatnya , orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupan dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan dan kepatuhan (taqwa) kepada yang telah depercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dengan membaca dua kalimat syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah ( Asyaddu hubban lillah ). Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu Al-Qur’an menurut sunnah Rasul. Hal itu karena apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah At-tabrani, iman didefenisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan ( al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi wagraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan hati, ucapan , dan laku perbuatan , serta dapat juag dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Istilah iman dalam Al-Qur’an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan corak dan warna tentang sesuatu yang diimani, seperti dalam surat an-Nisa’ ayat 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/idealism) dan thaughut (realita/naturalisme). Sedangakan dalam surat Al-Ankabut yat 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu walladzina aamanuu bil baathili. Bhatil berarti tidak dirangkaikan dengan kata kaafir atau dengan kata Allah. Sementara dalam al-Baqarah ayat 4, iman dirangkaikan dengan kata ajaran yang diturunkan Allah (Yu’minuuna bima unzila ilaika wamaa unzila min qablika).
Kata Imanyang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam Al-Qur’an , mrngandung arti positif. Dengan demikian, kata iman yang dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangakan yang diakaitakan dengan selainnya, disebut iman bathil.
5. Wujud Iman
Akidah Islam dalam Al-Qur’an disebut Iman. Iman bukan hanya berarti percaya , melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencangkup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.
Seseorangdinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang yang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernialai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan berniali dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau Iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan hokum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti mayakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran islam.
6. Proses Terbentuknya Iman
Spermatozoa dan Ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar makanan yang dimakan berasal dari rezeki yang halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibuyang sedang hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang mengandung tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi yang sedang dikandung. Oleh karena jika seseorang menginginkan anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin, maka isteri hendaknya berpandangan dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Benih Iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air lingkungan flora serta fauna.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenak ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai Iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Seseorang yang menghendaki anaknya mukmin kepada Allah, maka ajaran Allah harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu dari tingkat verbal sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seseorang anak menjadi mukmin, jika kepada mereka tidak diperkenalkan Al-Qur’an.
Disamping proses penegnalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
7. Tanda-Tanda Orang Beriman
Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut :
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar Ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat
al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya
(Al-anfal ayat 2). Dia akan memahami ayat yang tidak dipahami.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka Ilmu Allah, diiringi dengan do’a, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran ayat 120, al-Maida ayat 12, al-Anfal ayat 2, At-thaubah ayat 52, Ibrahim ayat 11, mujadalah ayat 10, dan At-taghabun ayat 13)
3. Tertib dalam melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaanya (Al-Anfal ayat 3, dan Al-Mu’minun ayat 2 dan 7). Bagaimana sibuknya, kalau sudah masuk waktu sholat, dia segera sholat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezeki yang diterimanya ( Al-Anfal ayat 3 dan Al-Mu’minun ayat 4 ). Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadarn bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antar yang kaya dengan miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (Al-mukminun ayat 3 dan 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar Ilmu Allah yaitu Al-Qur’an menurut Sunnag Rasulullah SAW.
6. Memelihara amanah dan menepati janji ( Al-Mukminun ayat 6 ). Seoramg Mukmin tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al-Anfal ayat 74). Berjihad di jalan Allah adalah sungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelu meminta izin ( An-Nur ayat 62). Sikap seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seseorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maudadi menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut:
1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4. Senantiasa jujur dan adil
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi.
6. Mempunyai pendirian teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko, dan bahkan tidak takut kepada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai dan Ridha.
9. Patut, taat, dan disiplin menjalankan peraturan lain.
8. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhi yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, presepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakyan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan penegrtian tauhid praktis (tauhid Ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam penegrtian beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat diakatkan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni secara konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal dan konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah menegaskan Tuhan Dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu alla ilaaha illa allah, ( aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah ), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
9. Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern.
Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosial-budaya yang sudah established, sehingga sulit sekali memperbaikinya. Berbicara tentang masalah alam fikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam fikiran bangsa Indonesia adalah majemuk (pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama orang Islam maupun orang Islam dengan Non-Islam.
Pada millennium, ketiga bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai masyarakat yang antar satu dengan lainnya saling bermusuhan. Hal itu digambarkan oleh Ali Imran ayat 103, sebagai kehidupan yang terlibat dalam wujud saling bermusuhan (idz kuntum a’daa’an), yaitu suatu wujud kehidupan yang berada pada ancaman kehancuran.
Adopsi moderenisme (weternisme), kendatipun tidak secara total, yang dialakukan bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semi naturalis. Di sisi lain, di adopsinya idealisme juga telah menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa penghayal. Adanya tarik menarik anatara kekuatan idealism dan naturalism menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak menentu. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme tersebut.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena di adpsinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan dibidang politik, selalu muncul konflik di antrara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.
Di bidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan criminal sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat. Lebih memperhatinkan lagi adalah tindakan penyalahguanaan NARKOBA oleh anak-anak sekolah, mahasiswa, serta masyarakat. Di samping itu masih terdapat bermacam-macam masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dalam kehidupan Modern.
Persoalan itu muncul karena, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan kejiwaan, karena kalau masuk dalam kehidupan seperti itu, maka akan melahirkan resiko yang besar.
Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan dia atas, perlu diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
10. Peran Iman dan Taqwa dalam menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern.
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh Iman pada kehidupan manusia.
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang snaggup menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan kepada kesaktian benda-benda kramat, mengikis kepercayaan pada khurat, tahayyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al-fatihah ayat 1-7.
2. Iman menanamkan semangat berani menghadai maut
Takut mengahadapi maut menyebabkan manusia menjadi penegcut. Banayk diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam QS.An-Nisa’ ayat 78. I
“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”.
3. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan.
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banayk orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah SWT. Dalam QS.Hud ayat 6.
“Dan tidak ada satu bintang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang member rezekinya, dan Dia menegtahui tempat berdiam bintang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfud)”.
4. Iman memberikan ketentraman jiwa.